23 Juni 2009

negeriku juara 1 paduan suara internasional

Ada sebuah negeri yang memiliki tanah surga, tokat kayu dan batu bisa jadi tanaman, negeri yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa, tapi sayang negeri ini punya nama "negeriku juara 1 paduan suara internasional", di mana para penduduknya semua sama suaranya, jika yang satu ngomong tentang kenaikan harga BBM yang lain juga rame ngomong tentang kenaikan BBM, jika yang satu ngomong tentang narkoba, semua ngomong narkoba, jika yang satu ngomong korupsi, semua juga ngomong korupsi, padahal semua masalahnya belum tuntas tapi jika ada berita baru sepertinya mereka asyik dengan berita baru itu, sampai masalah yang lalu lupa dipikirkan, tapi disini saya tidak akan ngomong tentang politik, karena saya juga gak seberapa ngerti tentang politik, yang saya tau hanya politik itu tentang perebutan kekuasaan, sebelum berkuasa, janjinya yang wah-wah untuk rakyat, tapi setelah berkuasa, sudah lupa tuh , he..he.. he..., negeri yang aneh, lewat posting ini saya sedikit mengkritisi tentang pola pikir para orang tua di negeri itu yang saya pikir keliru, bukan berarti salah hanya tidak tepat, yaitu mengenai menanamkan pikiran pada anaknya tentang pentingnya mencari ilmu alias sekolah, hampir semua orangtua mengatakan pada anaknya "sekolah yang pinter biar gampang cari kerja", lah ini masalahnya, banyak yang lulus sarjana jadi pengangguran hanya karena tidak kebagian pekerjaan alias sudah melamar kesana-kemari tapi tidak ada lowongan, jadi inget lagunya kang iwan "sarjana muda", seharusnya para orang tua memberikan doktrin pada anaknya bahwa sekolah yang pinter biar nanti berguna bagi bangsa, atau biar bisa mendirikan usaha sendiri dan berguna bagi orang lain, tapi kalau ngomong seperti itu kok kayaknya sok nasionalis, anda tidak usa mempedulikan apa yang orang katakan, kalau tidak dimulai dari sekarang kapan lagi kita dapat merubah bangsa ini, perubahan ini harus dimulai dari kita sendiri, semoga negeri latah ini bisa kembali menjadi negeri Indonesia Raya yang mempunyai wibawa, bukan negeri penyuplai TKI terbesar, ya kalau TKInya jadi tenaga profesional masih bisa di banggakan, tapi kalau di negeri lain cuman jadi buruh, buat apa jauh-jauh, mohon maaf bukan berniat menyinggung saudaraku yang menjadi TKI, hanya saja menyadarkan pemerintah supaya lebih memikirkan kemakmuran rakyatnya, bagi para orangtua yang membaca tulisan ini, ini adalah saatnya merubah pola pikir anda, jangan tunggu nanti atau besok, semoga Indonesia Jaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar...